Marry his mind



Selamat datang pada kotak sapu tanganku. Sebelum kucuci bersih, selalu kubiarkan sapu taganku beristirahat sejenak di tempat idamannya. Kali ini sapu tanganku akan berbagi cerita mengenai rentetan kualifikasi yang membuatku merasakan kembali. Membuatku berani berfikir tentang suatu masa setelah hari ini. Suatu masa yang telah Tuhan restui sebagai takdir. Suatu masa yang membuatku belajar berbagi karena tak lagi hidup sendiri.

Hari ini aku sedang duduk santai di sebuah balkon dengan secangkir teh susu. Mencari inspirasi dari sepotong pagi.  Jari-jariku sedang menari di atas laptop usang sampai sebuah suara mengagetkanku.

“Sherlock new season will be return to our screens, honey!”

Begitulah dia, tak pernah kehabisan berita untuk bahan perbincangan kami. Bersamanya aku tak harus mencari, hanya bertugas menikmati. Mencerna isi kepalanya  saja sudah seperti membaca koran pagi. Tak pernah basi dan selalu berganti setiap hari.

Kadang aku heran, bagaimana cara orang tuanya mendidiknya? Apakah sejak dalam kandungan ibunya sudah memaksanya mencerna suara  Frank Sinatra? Atau ayahnya tak pernah absen mendongenginya tentang jasa seorang George Melies? Sehingga aku tak perlu heran jika sekarang dia seperti kamus berisi segala kegemaranku. Tak butuh waktu lama bagiku untuk mendapatkan pengetahuan baru.

Kami tak pernah bosan menghabiskan waktu berdua. Selalu ada saja satu topik yang merangsang kami terus berdiskusi. Saat akhir pekan kami bisa menghabiskan waktu seharian untuk bersama di mini theatre rumah kami. Kami biasa menyebutnya maraton film. Ya, kami sama-sama menggilai film. Semua jenis film dan dari mana asalnya, mendapat perhatian lebih layaknya buah hati.

“Terserah bagaimana kau mengatur rumah ini. Aku hanya minta dua ruangan yang harus ada, musholla dan mini theatre.” katanya saat rumah kami akan dibangun.

Disamping pengetahuan duniawinya yang selalu memesonaku, dia sangat mencintai Tuhan kami. Tuhan yang kami sebut dengan satu nama dan kami sembah dengan satu cara. Aku bisa melihat kecintaan yang amat besar dari sorot mata yang teduh. Hargaku sebagai perempuan dijunjungnya tinggi-tinggi. Dia hanya berani menyentuhku melalui pemikiran dan pekataannya.

Ah, cukuplah rentetan kualifikasi tentang dirinya yang kupuja tiada henti. Sekarang aku kembali di masa saat ini. Masa dimana aku masih berjibaku dengan diriku sendiri. Masa dimana aku masih terlalu gengsi untuk berkenalan lagi dengan cinta.

Cinta? Terlalu dini jika aku menyebut ini cinta. Apa artinya cinta saja masih simpang siur di kepala. Tak ingin muluk-muluk untuk menggambarkan siapa dia. Seperti diriku juga yang tak pernah muluk-muluk menetapkan persyaratan seorang pendamping idaman. Namun karena dia untuk pertama kalinya aku menetapkan kriteria.

Seseorang yang karena pemikirannya membuatku kewalahan. Seseorang yang memberi pemahaman baru tentang segala hal tak terpikirkan. Seseorang yang selalu membuatku tak ingin kalah dengannya. Seseorang yang hadir padaku tak hanya untuk menabur pujian tetapi aku yang menaburkan itu padanya. Seseorang yang mengerti bahasaku karena hidup di planet yang sama denganku. Seseorang yang mendapatkan nafas dari Tuhan yang sama.

Aku tak mengatakan seseorang itu tak nyata. Jikalau orang itu sudah ada, aku belum ingin memilikinya. Hanya untuk saat ini saja, andai dengan melepas batereinya saja aku bisa menghentikan waktu. Aku akan berlari ke arahnya, mengawini pikirannya.

Bogor, 5 Januari 2014
03:46 pm

Komentar

  1. i love that wordstrings! (wordstrings? = untaian kata-kata maksudnya)
    and emm.. i still don't understand what is the meaning of 'marry his mind' ?

    BalasHapus
  2. "Marry his mind". Penulis tidak mendapatkan kesan yang sesuai jika judul itu diterjemahkan dalam bahasa indonesia, karena hasilnya akan jadi seperti ini "Mengawini Pikirannya". Mungkin karena tulisan kali ini sangat jujur dan polos, berdasarkan apa yang sedang dirasakan penulis, sehingga pembaca dapat menikmati saat membaca. (mengingat tulisan sebelumnya, penulis berusaha keras masuk dalam karakter orang lain). The meaning of "marry his mind" is when you met someone who captivate your attention because of his mind. The only way that you can live over there was marrying his mind. You got that?

    BalasHapus
  3. Oh ya, Terima kasih sudah menjadi pemberi komentar yang sangat setia untuk blog ini :))

    BalasHapus
  4. hhmmm,,, by the way, i know someone like that,,, Sherlock Holmes..!!

    So, 'marrying' have the same meaning with 'understanding' or more deeply?

    BalasHapus
  5. So mysterious...is it future or past?
    at first i thought it was your past story, but in the end i thought it is a hope. So you already succed to make the reader think twice and they'll read it again. Good job author!!

    Tell me your newest post!!
    ^,~

    BalasHapus
  6. Dear mbak Ifada...
    No no no.. He's not a fictional character. And marrying is not understanding, it's like robbing his brain and make it mine. LoL

    Dear Irma..
    Wow,... You absolutely right! It's about my past, but idk about my future. Shall he? Hehehe.. Actually idk who is he? Just imagine about my criteria and you know, i didnt mention about physical characteristic at all. Is that too high?

    BalasHapus

Posting Komentar